Air Mata dibalik Senyuman
Lelaki tua ringkih terbaring lemah di atas ranjang dengan terpasang selang infus di tangan kirinya. Wajahnya pucat pasi, mata yang dulu jernih memancarkan cinta pada istri dan anak-anaknya, kini telah berubah keruh karena penyakit kuning yang dideritanya. Suaranyapun melemah tak selantang dulu. Suara yang selalu menabur kata-kata tegas dan lugas ketika ia mendidik putra-putrinya tak terdengar lagi. Air mata yang selama hidupnya ia simpan, tumpah ruah sebagai pesan yang ingin disampaikan pada keluarganya. Meski ia dalam keadaan payah dan tak berdaya, ia berusaha gerakkan kedua tangannya untuk meraih alat tulis yang tersimpan di atas berangkas dan bruk… ia terjatuh ke lantai. “Masya Allah, Bapak!!”, Wulansari, sang istri terbangun dari tidurnya. Seketika ia membantu suami yang sangat dicintainya untuk bangun dan kembali berbaring. “Bapak, harusnya Bapak istirahat. ini sudah malam, Pak.” Dengan penuh kelembutan ia menatap kedua mata suaminya. Ia berusaha tegar tak mau menunjukkan k...