3i

sengatan mentari mulai membakar tubuh anak adam. tidak hanya itu ia jugha membakar bumi. mengepulkan titik tanah. cahayanya telah memeras keringat umat manusia. siang itu, merupakan siang yang sangat jokebagi Husna.ia merasa dirinya teraniaya. tak ada yang mengerti tentang hatinya. ia selalu kesepian. Bahkan mukanya selalu ditekuk, hingga siapapun yang melihatnya pasti akan mengernyitkan dahi.
"Asslamu'alalium?", salam Husna.
"Wa'alaikum salam... eh Husna pha kabar neng?". Tanya Andra, salah seorang senior Husna.
"bae".
"hmm kenapa. datang-datang ko manyun?".
"ga kenapa-kenapa".
Jadi, begini neng. Hidup itu penuh perjuangan, rintangan dan cobaan. kadang kala kita merasa bahwa Tuhan tidak adil kepada kita. Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan. Tapi sesungguhnya Ia Maha Tahu apa yang kita butuhkan. Kita terkadang merasa bahwa kita adalah manusia paling menderita. Mengasumsikan bahwa orang lain merendahkan kita. kita tak berarti untuk orang disekililing kita.
sepontan, Husna mengernyitkan dahinya. ia heran, bagaimana mungkin Andra mengetahui apa yang ia rasakan. "Tapi kak Andra itu ga tahu apa yang saya rasakan?", sewot Husna.
"Ia, saya tahu. kamu kuliah tapi kamu juga harus tahu kita membutuhkan kegiatan lain selain belajar di bangku akademis".
"Hadwec....h sumpah dceh ya ni kak Andra ga ngerti, so tahu lagii". ketus Husna.
"ya lagian kamu datang-datang udah pasang muka monster".
Tahu ga sich kak, saya itu semalam abis di dakwahin ma om dan tante saya gara-gara saya pulang jam 12. ia menceritakan pada Andra bagaimana reaksi om dan tantenya. memang Husna sejak SMA tinggal bersama om dan tantenya. Dulu memang ia tak pernah keluar malam. janganakan keluar malam biasanya Husna jam 5 sore sudah stand by di rumah. Namun malam tadi, ia pulang tepat pukul 00.00. Tentu saja ini membuat seisi rumah omnya Husna gundah gulana. "Husna dari amana aja ko jam segini dah pulang". "Husna bis rapat om". "Rapat apa sih ga tau waktu amat", Timbal tante Husna".
Kalimat itulah yang membuat Husna semeraut. ia hanya bisa terdiam. memendam seluruh perasaannya. ia menahan isak tangisnya di kamar agar tidak terdengar oleh siapapun. ia tahu bahwa sikap om dan tantenya itu sebagai rasa kasih sayang kepadanya. Namun, ia juga ingin berontak. ia selalau kesepian saat om dan tantenya bekeerja. suasana di rumah itu bagaikan kuburan bagi Husna. tak ada satu batang hidungpun yang bisa diajak cerita olehnya. ia selalu menggoreskan sejarah hidupnya dalam buku diarynya.
"Ooooo..h jadi itu yang membuatmu hari ini manyun dan senewen?"
"ia kak, Husna bingung. Husna udah terlanjur betah ikut kegiatan di sini. Husna bisa banyak belajar segala Hal. Husna juga bisa dapatkan teman yang baik. Om Husna ga ngerti apa yang Husna rasakan selama ini". Ia, saya tahu itu. Tapi kamu tahu ga? di balik semua itu ada segudang pelajaran yang akan kamu dapatkan. mungkin kamu akan merasa tertekan. kamu merasa dituntut oleh senior dan teman-teman kamu harus aktif di sini. harus mengikuti kegiatan yang akan kita laksanakan sesuai program. ya termasuk rapat sampai malam. di sisi lain kamu harus ikut aturan di rumah om kamu. Tapi, ingatlah Husna jika hidup ini di jalani denga Three I, pasti kita merasa ringan tanpa beban.
"Ha Three I, paan tuc..h?", spontan ia menaikan dahinya.
"Three I, itu Jalani, Hayati dan Nikmati. jika kita menjalani setiap kegiatan dengan ketiga hal tersebut, rasa tertekan ataupun apalah namanya itu semua akan hilang dan yang ada kita akan memahami semua peristiwa yang kita akan jalani".
"yea..ch atuh itu mah bukan Three I, kakak".
"Haha logat sundanya keluar. Three I kan di ambil dari huruf paling belakang".
"Hufc..h bisa bae".
"ya sudah tu makan roti, laperkan?".
Husna langsung memakannya dengan lahap. sampai-sampainya ia lupa tidak membaca bismillah. mendengar nasihat dengan Andra, sedikitnya ia merasa tenang dan dapat pencerahan. itulah kenapa Husna berani menentang keluarganya. ia merasa di sini ia mendapatkan banyak teman. tak kesepian lagi.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelah yang Tak Kunjung Sirna, Hempaskan dengan Elegan!

The Importance of English

Still miss your born