ARKA


Malam semakin mencekam. Perlahan – lahan menelan segala kebisingan. Angin malam jilati tulang – tulangku. Lampu pijar temani aku yang sejak tadi tenggelam dalam segudang kegundahan. Partikel – partikel itu terus menggeluti jiwaku. Hasratku ingin menyapunya, tapi hati kecilku berkata “jangan!”. Hu…fh sungguh menyakitkan semua ini bagiku. 
“ Nia, Mamah harap kamu ngerti. Apa lagi kalau sampai eyangmu tahu. Mamah gak tahu harus bagaimana??. Kamu satu – satunya harapan Mamah”. Ah… suara mamah, kata – katanya terus melekat di pikiranku. Tiap detik, menit, jam, ucapan mamah terus melekat di otakku. Namun aku belum mampu untuk melakukan hal itu. Aku sudah terlanjur berenang di dunianya. 
Aku mematung beberapa jam lamanya. Semua organ tubuhku membisu. “ Nia sebenarnya saya jatuh cinta saat pandangan pertama. Sekarang gimana tanggapanmu?”. Aku tersenyum mengingat kalimat yang diucapkan olehnya, sosok lelaki yang selalu membayangi di setiap malamku, yang selalu membuatku rindu ketika ku jauh darinya. Wajah dia, senyumannya melintasi benakku yang sedang galau. Aku mendekap kedua lututku. Kuarahkan kedua bola mataku ke langit. Kupandangi bintang yang bersinar temani dewi malam. Spontan aku meliahat dua wajah orang yang aku sangat sayangi. Aku tak kan mampu bila harus melepas salah satu di antara mereka. Wajah mamah selalu memancarkan cahaya masa depanku. Begitu juga dengan wajahnya. 
“ Arka, akankah kamu percaya dengan semua alasanku. Maukah kau tetap menjalin hubungan baik denganku walau statusnya berbeda?”. Semua pertanyaan itu menggumpal dalam hatiku. O.. Tuhan apa yang harus aku lakukan. Aku menarik nafas dalam- dalam. Kuhapus air mataku yang sejak tadi menetes ke permukaan bumi. Aku gak tahu ada angin dari mana tiba – tiba aku teringat ucapan ulfi, sahabatku. “ Nia gue ragu lo pacaran ama dia. Dia tu suka gak sich sama lo. Jujur gue gak suka lo sama dia. Gue cuma takut lo dijadiin mainan doang”. Semua perkataan Ulfi membuat pikiranku berputar balik 180 derajat, hingga aku bisa mengumpulkan energi untuk mengambil keputusan. “hem.. ulfi ada benarnya juga. Apalagi Arka kan di Yogya”. Gumam hatiku. Aku tak berpikir panjang lagi. Kuambil hand phoneku yang sejak tadi kuabaikan. Aku mulai mengetik sms untuk Arka.
“ Aku sangat mencintaimu. Sungguh aku tak kuasa bila harus kehilangan cinta dan kasih sayangmu. Namun dengan berat hati aku harus melepasmu”.
“messege sent success”. 
Membaca tulisan itu tubuhku bergetar. Lidah ku menjadi tawar. Jantungku berdebar. Otakku berputar. Menunggu respon dari Arka. Aku terus mondar – mandir di balkon laksana anak kecil yang tersesat di tengah malam. Tiga puluh menit sudah berlalu. Arka belum juga membalas sms dariku. Dreu…d. Dreu…d akhirnya HP ku bergetar. Aku langsung mengambilnya. Detakan  jantungku  makin mengencang. Tanganku gemetar saat memijit tombol pembuka pesan.
“ Kamu tu sama aja kaya cewek lain. Cuma permainkan hati kakak . Saya kecewa sama kamu. Dasar MUNA. Muka aja cantik tapi hati busuk kaya belatung”. Spontan aku merangkai kata – kata untuk membalas Arka. 
“ Kakak tolong ngertiin aku. Aku sayang sama kakak, tapi aku juga gak mau nyakitin hati mamah”. 
Air mataku terus berjalan membasahi kedua pipiku. Rasanya aku ingin berteriak, namun mulutku terkunci rapat. Dreu…d. dreu…d hp ku bergetar lagi. Kali ini Arka menelponku. Kuangkat telpon darinya. Nada bicaraku terbata – bata. Rasanya bibirku di sergap, dengan berat ku kakatakan “ha..llo?”. Arka langsung menimpalku, “ dasar cewek penjaja diri!!. Kamu jangan bawa – bawa orang tua kamu ke dalam masalah kamu. Gua tak sumphin lo gak lulus UN”. Nut.. Nut… Arka langsung mematikan HP nya. Aku luluh lumpuh seketika. Tubuhku membeku. Hatiku menangis. Aku terdampar di malam yang kelam. Aku shock banget mendengar Arkas seperti itu. Dia sadis di balik keluguannya.  
“ O… begitu ceritanya, kamu suka ngelamun di malam Jum’at jam 11?”. Tanya Iza, teman curhatku.
“ ya Za”. Jawabku. 
“ Apa kau masih menyayanginya?”.
Aku hanya terdiam. 
“ ya aku ngerti, tapi kamu jangan keseringan ngelamun ntar bisa-bisa kamu…”.
“ Huss kamu jangan ngawur ach!”. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelah yang Tak Kunjung Sirna, Hempaskan dengan Elegan!

The Importance of English

Still miss your born