Munajat Senja
Raja siang mulai terbenam
Di balik awan putih
Cahaya senja semakin meredup
Sang rembulan perlahan menyapa malam
Seruan untuk menghadap-Mu
Bergema di seluruh penjuru kota
Kini, aku tersungkur dalam kesendirian
Berbalut kerinduan yang tak dapat kugambarkan
Sungguh, detik-detik seperti ini sangat kudambakan
Meski, aku terpojok dalam ruangan yang hampa
Namun, entah mengapa jiwa ini diliputi rasa bahagia
Ada kedamaian di dalamnya
Ada kehangatan dalam qalbu
Ada kesejukan dalam fikiran
Ah, Aku tak sabar ingin bertemu dengan-Mu
Tapi, Aku sadar
Aku belumlah siap
Cintaku pada-Mu masih begitu dangkal
Namun, Entah mengapa?
Saat gorden malam terbuka
Aku diliputi rasa yang tak pernah bisa kulukiskan
Rasa yang tak mampu kurangkai dengan kata
Betapa teririsnya hati ini
Saat aku merindukan pelukan-Mu
Ya Allah...
Sungguh aku mencintai-Mu
Ada ketenangan saat aku menyebut asma-Mu
Ampuni aku, yang belum mencintai-Mu dengan sempurna
Bimbing aku tuk belajar mencintai-Mu
dan mencintai Rasul-Mu seutuhnya
Di balik awan putih
Cahaya senja semakin meredup
Sang rembulan perlahan menyapa malam
Seruan untuk menghadap-Mu
Bergema di seluruh penjuru kota
Kini, aku tersungkur dalam kesendirian
Berbalut kerinduan yang tak dapat kugambarkan
Sungguh, detik-detik seperti ini sangat kudambakan
Meski, aku terpojok dalam ruangan yang hampa
Namun, entah mengapa jiwa ini diliputi rasa bahagia
Ada kedamaian di dalamnya
Ada kehangatan dalam qalbu
Ada kesejukan dalam fikiran
Ah, Aku tak sabar ingin bertemu dengan-Mu
Tapi, Aku sadar
Aku belumlah siap
Cintaku pada-Mu masih begitu dangkal
Namun, Entah mengapa?
Saat gorden malam terbuka
Aku diliputi rasa yang tak pernah bisa kulukiskan
Rasa yang tak mampu kurangkai dengan kata
Betapa teririsnya hati ini
Saat aku merindukan pelukan-Mu
Ya Allah...
Sungguh aku mencintai-Mu
Ada ketenangan saat aku menyebut asma-Mu
Ampuni aku, yang belum mencintai-Mu dengan sempurna
Bimbing aku tuk belajar mencintai-Mu
dan mencintai Rasul-Mu seutuhnya
Komentar
Posting Komentar