Cinta dan Balas Budi
Oleh:Madhes Ai "Ris, aku harap hubungan kita tetap terjalin baik meski kita sekarang berada di kota yang berbeda. Semoga kita bisa menjadi harapan keluarga kita." Mariska tersenyum getir mengingat akan perkataan seseorang tiga tahun yang lalu yang sempat mengisi relung qalbunya. Terkadang ia tak habis pikir kenapa kekasihnya meninggalkan dirinya begitu saja tanpa ada gugur atapun hujan deras. Padahal mereka berdua telah mengikrarkan janji di atas hamparan pasir di tepi pamayangan. "Ah, ukir janjinya sih di atas pasir jadinya kebawa ombak deh," pikirnya, dia menggoda diri sendiri. "Assalamu'alaiku, permisi," terdengar ketukan pintu dari luar. Mariska langsung menuju asal suara. Sontak ia terkejut melihat sepasang kekasih di hadapannya. Hampir saja ia mau jatuh namun ditahannya dengan kuat atas ketidaksiapan menerima kenyataan ini. Bibirnya mencoba tersenyum memberikan sapa pada kedua tamunya. "Kakak Ris, ini undangan pernikahan ...